Rabu, 22 Desember 2010 | By: Catatan Fenti

Cerpen


RAHASIA CINTA
Dengan lembut pria itu maminkan pensil gambar di atas selambar kertas yang ada di mejanya. Garis demi garis yang ditimbulkan oleh permainan pensil itu membentuk goresan-goresan yang indah.Kini goresan-goresan itu telah membentuk sebuah wajah cantik nan jelita.Wajah yang selalu menghiasi mimpi Rayhan di setiap malamnya. Mengukirkan beribu cinta di hati kecil miliknya. Rayhan meletakkan pensilnya ketika goresan-goresan itu telah membentuk wajah sempurna yang diinginkannya. Sepasang matanya belum beranjak dari gambar yang ia buat. Dinginnya malam dapat ia rasakan dari angin yang berhembus melewati jemdela kamarnya. Rayhan mengnkat muka, mengalihkan pandangan pada sebuah foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto dirinya dan gadis yang ia kasihi. Rayhan teringat akan janji yang diucapkannya pada gadis itu. Janji untuk menjadi bintang penjaga baginya.
“Kakak..”
Rayhan tersentak kaget. Pintu kamarnya terbuka dan sesosok gadis muncul dari balik pintu kamarnya. Senyum mengembang dari bibir gadis itu, dan dengan gembira ia melangkahkan kaki mungilnya memasuki kamar Rayhan. Kehadiran gadis itu memaksa Rayhan menyembunyikan gambarnya di balik gambar-gambar lainnya.
“Kakak, ayo temani aku. Di luar lagi banyak bintang. Aku mau melihatnya.” Suara gadis itu memecah kesunyian dalam kamar Rayhan. Rayhan membalikkan tubuhnya dari meja belajarnya.
“Kenapa nggak liat sendiri sih ?”
“Aku mau lihat bareng kakak. Aku juga mau cerita sesuatu.” Rini duduk di tempat tidur kakaknya. “Gambar apa tadi ?” selidiknya.
Rayhan mengangkat bahu. Lalu melangkahkan kakinya keluar kamar. “Ayo, katanya mau lihat bintang.” Akhirnya Rini bangkit dan mengikuti langkah Rayhan menuju taman yang ada di depan rumah mereka.
Setibanya di taman, Rini dan Rayhan duduk di gazebo kecil yang ada di sana. Memandang keindahan yang disuguhkan oleh alam di malam hari. Sudut mata Rayhan melirik beberapa saat. Memperhatikan keterdiaman adiknya yang tidak seperti biasanya. Burung kecil itu tidak menyadari bahwa ia sedang diperhatikan. Matanya dengan asik menjelajahi keindahan bintang-bintang yang menghiasi langit malam itu. Bibir Rayhan mengguratkan sebuah senyum kecil, entah karena apa.
“Tumben tidak berkicau...”
Rini menoleh dengan senyum khasnya “ tadi aku ditembak sama Krisnya.” Matanya berbinar-binar ketika menyebut nama Krisna.
Mendengar ucapan adiknya ada sedikit kecemburuan menyelinap di hati Rayhan. “Nembak ? Kamu nggak papa kan ?” ucap Rayhan sedikit menggoda adiknya.
“Bukan membak dalam arti sebenarnya kakak! Tapi maksudnya itu, tadi Krisna nyatain cintanya sama aku. Masa gitu aja nggak tahu sih. Kakak masih inget sama Krisna kan?”
“Krisna? Krisna yang mana ?” Rayhan berusaha mengingat nama itu.
“Krisna yang lagi aku taksir itu loh kak. Kakak ini gimana sih, pasti nggak pernah denger kalo aku lagi cerita ya? Udah gitu dari tadi kakak juga nggak serius dengerin aku. Sebel deh !” Rini menunjukkan wajah cemberutnya.
“Oh... Krisna yang itu. Kakak kan cuma lupa sebentar aja. Jangan cemberut gitu ah” ucap Rayhan membujuk adiknya. “Trus kamu jawaab apa?”
Sepasang mata Rini kembali dipenuhi kejora karika melanjutkan cerinyanya. “Ya aku terima lah, kan aku udah lama naksir sama dia. Masa aku tolak sih.”
“Selamat deh kalo gitu. Ternyata adik kecil kakak ini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sudah mengenal cinta. Udah punya pacar lagi” goda Rayhan pada adiknya itu.
Rini tertawa mendengar ucapan dari kakaknya itu. “Oh iya, janji kakak untuk menjadi bintang penjagaku waktu itu sepertinya tidak berlaku lagi. Soalnya sekarang udah ada Krisna. Aku yakin dia bisa menggantikan kakak sebagai bintang pelindungku.”
Mendengar hal itu perasaan Rayhan semakin sakit. Bagaimana bisa posisinya degantikan oleh anak kemarin sore yang baru dikenal oleh adiknya. “Bagus deh kalau gitu. Abis kakak juga udah bosen jadi pengwal kamu. Tapi jangan sampai si Krisna itu bikin kamu sedih, kalau sampai dia bikin kamu nangis akan kakak hajar dia” ucap Rayhan dengan memasang wajah sedikit garang.
“Iihh... kakak kok jahat gitu sih sama Krisna. Awas loh kalau kakak ngapa-ngapain Krisna. Em... bagaimana dengan kak Melati ?” Benak Rayhan melayang pada gadis manis teman sekolahnya. Gadis yang dengan tulus mencintainya. Gadis yang memaksa rayhan merasa berdosa karenya nyatanya ia tak juga dapat membalas ketulusan cinta itu.
Hanya karena dorongan dari Rini dan kedua orang tuanyalah yang Rayhan masih barusaha membuka hatinya untuk gadis itu. Hanya karena tidak ingin mengecewakan orang-orang yang dicintainya, terutama Rini adik terkasihnya...
“Kak Rayhan...”
Rayhan menoleh. “Udah malem, kita masuk yuk” ajaknya.
“Jangan menghindar kak.” Nada suara Rini memaksa. Rayhan menghela nafas pendek. Karena gadis keras kepala di depannya ini tak kunjung mengerti. Hatinya tak bisa terbuka untuk gadis lain. Sudah ada gadis lain yang mengisi ruang hatinnya, dan itu tidak mungkin tergantikan !
“Bagaimana jika sidah ada gadis lain sebelum Melati. Bahkan sebelum teman-temanmu yang selalu kau jodohkan dulu.”
Bola mata Rini melebar “apa?”
Rayhan mengiyakan ketika sepasang mata Rini menatapnya. Tiba-tiba Rini tertawa berderai. “Nggak mungkin! Kakak nggak mungkin deket sama cewek lain, aku tau betul siapa kakakku. Kalaupun ada, aku akan mendapatkannya untukmu. Yah, walaupun harus mengecewakan kak kMelati yang baik itu. Padahal aku sama mama dan papa sudah cocok dengan kak Melati. Kalian juga serasi banget, bener ny. Suer !”
Bibir Rayhan hanya mengukir segurat senyum lirih. Malam itu pun mereka lewatkan bersama dengan keindahan langit malam.
###
Angin sore berhembus semilir. Menggoyangkan tangkai bunga-bunga yang tumbuh di taman. Suara riuh anak-anak yang sdang bemain menjadikan suasana tampak ramai. Terlihat burung-burung kecil melintasi angkasa untuk kembali ke peraduannya. Melati tertunduk memandang sepasang kakinya yang sedang asik bergerak tak menentu. Menandakan keresahan di hatinya. Poninya dibiarkan menupi kelopak  marjuntai menutup kelopak matanya yang indah.
Di sampingnya, Rayhan menelungkupkan muka dengan kedua telapak tangannya. Ia benci harus menghadapi saat-saat seperti ini. Ia ingin membiarkan cinta Melati memasuki ruang hatinya, memberikan kehangatan untuk hatinya yang telah membeku. Tapi apa daya ketika masih ada cinta lain disana.
“Maafkan aku, Mel. Aku sudah mecobanya” ucap Rayhan tanpa menatap Melati. Ia tak sanggup bila harus menatap wajah gadis cantik itu.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ray. Memang tak mudah mengalihkan cinta yanga sudah tertanan begitu dalam. Terlebih cinta itu terikat oleh kebersamaan belasan tahun.”
“Kau tau siapa gadis itu?” tanya rayhan khawatir. Melati tersenyum arif. Tak tersirat kecemburuan dalam mata gadis itu. Hanya ada keteduhan dan ketentraman tanpa ada bias yang ingin mempermalukan.
“Awalnya aku tak yakin, tapi sikapmu selalu berlebihan kepada setiap lelaki yang mendekati Rini. Apalagi sejak Rini bersama dengan Krisna. Kau terlalu konyol jika terlalu mencemaskan hubungan mereka. Krisna laki-laki yang baik, kau hanya cemburu padanya. Bukan perasaan cemburu karena seorang adik lebih mementingkan pacarnya dibandingkan kakaknya sendiri. Melainkan lebih pada kecemburuan seorang laki-laki pada gadis yang dicintainya.”
Rayhan tersentak mendengar ucapan Melati. Bagaimana dia bida tau? Melati telah menelanjanginya tampa mempermalukannya. “Apa sikapku begitu kentara?”
Kepala Melati menggeleng pelan. “Untuk orang lain, kurasa tidak. Tapi untuk gadis yang dengan tulus menyayangimu, mencintaimu, dan menunggumu dengan setia...” Rayhan tidak meragukan cinta Melati. Diantara gadis-gadis yang mengejarnya atau didekatkan oleh Rini, hanya Melati yang benar-benar tulus mencintainya. Walaupun sadar bahwa laki-laki ini tidak bisa memberikan apa yang diinginkannya. Melati tetap menunggunya. Kesetiaan yang diinginkan oleh setiap laki-laki di dunia, tapi tidak bagi Rayhan.
“Aku tau kalau aku salah. Tapi aku tak dapat menahan perasaan ini.” Rayhan berhenti sejenak. Terlalu berat untuk mengakui kenyataan yang selama ini ditutupinya. “Kadang aku berfikir, mungkin akan jauh lebih baik bila kami tidak terkat oleh hubungan darah. Berharap satu diantara kami hanyalah anak yang diadopsi oleh mama dan papa. Tapi itu tidak mungkin, kami lahir dari rahim yang sama. Kenapa tuhan begitu tak adil padaku Mel? Kenapa aku harus mencintai adikku sendiri ?” Terlihat keletihan di wajah laki-laki itu.
“Tidak ada yang perlu kau sesalkan. Cinta itu memang aneh. Tidak ada yang tau kapan dia akan datang dan pergi. Tidak ada yang tau dimana cinta itu akan tumbuh. Tapi ada satu hal yang pasti kita ketahui, yaitu kita dapat mamilih kepada siapa cinta itu akan kita  berikan.” Melati mengucapkan kata-kata itu dengan bijak. Melati juga tau bahwa cinta tidak dapat dipaksakan, seperti halnya cinta yang ia asakan pada Rayhan.
Matahari kian terbenam di ufuk Barat. Anak-anak kecil telah menyudahi permainannya dan kembali ke rumah masing-masing. Kepangkuan sang ibu yang memiliki sejuta kasih dan cinta. Melati bangkit dari tempat duduknya, “kita pulang yuk...” ajaknya.
Rayhan meraih lengan Melati sebelum ia pergi. “Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri kesalahan ini Mel. Aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri.” Rayhan menatap Melati dengan tatapan penuh permohonan “maukah kau menemaniku?” Mendengar ucapan Rayhan, Melati hanya tersenyum tipis.
###
Senja kian larut ketika Rayhan dan Krisna sedang duduk di sebuah cafe, menunggu Melati dan Rini yang sedang berbelanja di salah satu departemen store. Sebentar lagi dinginnya malam akan menggantikan panasnya terik matahari di siang hari. Matahari telah lelah menjalankan tugasnya dan kini hendak pulang ke singgasananya. Membiaskan mega merah diantara warna-warna langit lainnya.
Rayhan dan Krisna terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius. “Saya janji akan menjaga Rini dengan baik kak,” ujar Krisna sedikit tegang. Melihat ketegangan di wajah pacar adiknya itu, Rayhan sedikit mengubah sikap dinginnya. “Saya benar-benar mencintai Rini. Jadi, kakak tidak perlu khawatir untuk meninggalkan Rini” Lanjut Krisna setelah suasana sedikit mencair.
Rayhan tersenyum kecil. Biar bagaimanapun rasa tidak suka yang dirasakan Rayhan, tidak dapat dipungkiri bahwa laki-laki inilah yang dipilih oleh adiknya. Rayhan tau bahwa laki-laki di depannya adalah laki-laki yang baik. Laki-laki yang pantas untuk mendampingi dan melindungi adikny, Rini. Terlebih akan cintanya yang mendalam pada Rini dan tentu saja cinta itu disambut oleh adiknya. Cinta yang tidak akan pernah ia dapatkan. Cinta yang oleh mama dan papanya dianggap sebagai cinta seorang kakak pada adiknya. Tapi tidak bagi Rayhan. Cinta yang ia rasakan adalah cinta yang lebih dari itu.
Mungkin terdengar naif. Tapi itulah kenyataannya. Cinta trlarang yang tidak mungkin terwujud. Cinta yang tidak selayaknya tumbuh dan berkembang di dalam hati Rayhan. Dan perasaan itu terus mengalir memenuhi ruang-ruang kosong di dalam hatinya. Bagai rahasia yang tidak mengizinkan siapapun untuk mengetahuinya. Tidak juga mama, papa, tidak juga Rini ataupun Krisna. Tapi Melati dapat mengetahuinya,
Melati, nama gadis itu kembali menggema di dinding hati Rayhan. Menyuntikkan rasa bersalah dan berdosa yang entah kapan dapat ia balas. Lagu Kisah Kita dari Ello mengalun merdu keterdiaman dalam ruangan itu. Rayhan menengguk minumannya, membasahi kerongkonganya yang karing akibat ketidakrelaan yang masih bersemanyam di hatiya.
Dalam keterdiaman itu terdengar suara Rini yang sedang bercerita kepada Melati. Melati mendengarkannya dengan seksama dan sesekali menimpali dengan dengan tawa merdunya. Kedua gadis itu kemudian bergabung bersama dua laki-laki yang sudah menunggunya. Memberikan keceiaan dan kegembiraan dalam kesunyian di ruangan itu. Beberapa pasang mata menoleh karena merasa sedikit terganngu. Rini duduk di sebelah Krisna dan menyandar manja di dada cowok itu. Melihat kemesraan yang ditunjukkan sepasang kekasih dihadapannya Rayhan merasa jengah dan mengalihkan perhatiannya. Pandangannya bertemu dengan mata indah milih Melati.
Senyum Melati sersungging. Memberikan ketemtraman dan keteduhan dalam kegelisahan hati Rayhan. Sinar matanya memancarkan kekuatan untuk memahami kenyataan yang ada. Krisna bersyukur akan kehadiran garis ini dalam hidupya. Gadis yang telah menjadi oasis di tengah-tengah gurun pasir kehidupan cintanya.
###
Perlahan pria itu menggoreskan pensil gambarmyang ada di tangannya. Membentuk goresan-goresan indah dengan beribu perasaan kasih yang dimilikinya. Pria itu memperhalus sketsa yang telah ia gambar sehingga muncul wajah seorang gadis cantik. Sekali lagi Rayhan menatap ajah yang ada pada kertas itu. Tidak jauh dari tempatnya Rini dan Krisna sedang berlarian saling mengejar di bibir pantai. Memadu kasih dalam kebersamaan yang ada. Dari sudut lain matanya, Rayhan dapat melihat Melati yang sedang membeli minuman pada seorang pedagang di pinggir pantai. Saat ini mereka sedang berlibur dan menikmati hari-hari sebelum melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri.
Melati berjalan ke arah Rayhan. Kali ini Rayhan tidak menyembunyikan kertas gambarnya. Ia tidak peduli Melati akan melihat apa yang sedang ia gambar. Saat ini melati sedang berdiri di sampingnya. Ia dapat memahami apa yang sedang dirasakan laki-laki dihadapannya itu. Melati duduk di sisi Rayhan. Dibiarkannya Rayhan larut dalam kesendiriannya untuk sesaat.
Rayhan kembali melanjutknya daran gambarnya. Ketika gambar itu telah sempurna, ia mengeluarkan sebuah buku yang digunakan sebagai alas menggambarnya. Dalam buku tersebut telah tergambar berbagai ekspresi wajah cantik seorang gadis. Wajah canti gadis lain. Gadis yang kini duduk disampingnya. Rayhan memandang senyum yang mengembang di sudut bibir Melati. Kedua bola matanya memancarkan kebahagiaan dan harapan akan masa depan.
Rabu, 15 Desember 2010 | By: Catatan Fenti

Baby And Me Part 15 (Final)


“Aku kira kita tidak akan bertemu lagi”. “Ibumu pandai memasak, cumi kecil dan saus pedas. Enak” kata Choon-seon sambil memegangi perutnya yang sudah kenyang. Saat ini mereka sedang ada di taman. “Joon-soo, aku berhutang padamu. Aku akan berusaha sebaik mungkin membesarkan Woo-rham” Ki-seok mengucapkan terima kasih atas kebaikan Joon-soo. “Kenapa kamu saja yang besarkan ? Dia juga anakku ! Minggu ini dia tinggal di tempatku” tawab Joon-soo. “Apa kalian memperebutkan aku ?” kata Woo-rham (ny anak GR banget coba). Mendengar hal itu mereka tertawa dan menjadi senang, kemudian Choon-seon lagsung mengusulkan untuk merayakan kebahagiaan ini dengan minum bir. Mendengar usulan dari Choon-seon, Byeol langsung menentangnya “Jangan, alcohol dapat mengurangi sel darah putih, mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, merusak penilaian, dan dapat menghasilkan bayi yang lain.” Choon-seon dan Ki-seok pun bersikap tidak menghiraukan perkataan Byeol. “Kamu dan Ki-seok ambillah soda. OK” lanjut Byeol sambil memberikan kode pada Choon-seon dan Ki-seok agar pergi meninggalkannya dengan Joon-soo. Mengetahui maksud Byeol, Choon-seon langsung mengajak Ki-seok untuk pergi. 
 “Kamu hebat hari ini” kata Byeol sepeninggal Choon-seon dan Ki-seok. “Ibuku tidak perlu mempunyai ayah tunggal sebagai menantu” lanjutnya dengan senang. Joon-soo yang tidak mengerti maksud Byeol bertanya “apa maksudmu?”. “Oh ya, ada sesuatu untukmu” kata Byeol dengan mencari-cari sesuatu di sakunya. Joon-soo kemudian mendekatkan diri untuk mengetahui apa yang dicari Byeol. Saat Joon-soo sudah dekat dekat dengan wajah Byeol, tiba-tiba Byeol langsung menciumnya (ada aja caranya Byeol buat mau nyium Joon-soo, J) Setelah melakukan hal itu, byeol langsung kabur melarikan diri. Joon-soo yang tidak menyangka Byeol akan  melakukan hal itu hanya tersenyum dan tertawa sambil menggendong Woo-rham.
Epilog :
Saat ibu orang tua Joon-soo masih SMU (adegan ini masih item putih lho). Ayah Joon-soo di kejutkan dengan adanya keranjang bayi di depan rumahnya. Keranjang itu lengkap dengan bayi yang sedang tertidur pulas dan sebuah surat di dalamnya. Ayah Joon-soo mencari-cari siapa kira-kira yang meninggalkan bayi di depan rumahnya. Ayah Joon-soo pun mengambil surat yang ada dalma keranjang tersebut dan membacanya. Maaf, kupikir bayinya lebih baik dibesarkan olehmu. Namanya Han Joon-soo. Young Seok.  Setelah membaca surat itu, ayah Joon-soo pun menjadi kebingungan. Saat itu tidak jauh dari rumah ayah Joon-soo ada seorang wanita yang sedang menangis, dia adalah ibu Joon-soo di masa SMU.

Baby And Me Part 14


Sementara Joon-soo mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, di bandara Ki-seok, Choon-seon, dan Byeol sedang menyerahkan Woo-rham pada orang tua asuhnya.  Saat itu Woo-rham terus menangis dalam gendongan ibu asuhnya. Melihat kepergian Woo-rham Ki-seok, Choon-seon, dan Byeol hanya bisa menatap sedih.
Ketika Joon-soo datang, dia langsung berlari menemui Byeol yang sedang melepas kepergian Woo-rham. “Woo-rham” panggil Joon-soo. Saat mengetahui Joon-soo terlambat datang, Byeol langsung membentaknya karena kesal. Joon-soo langsung berlari mencari naiki pesawat. Para petugas bandara pun langsung mengejar Joon-soo karena dia berlari mencari Woo-rham karena mengetahui bahwa Woo-rham sudah dibawa oleh orang tua asuhnya. Para pentugas yang ada di bandara pun langsung mengejar Joon-soo karena dianggap mengganggu ketertiban dengan berlari sembarangan dan melewati batas-batas daerah larangan
Akhirnya setelah mencari-cari dan menghindar dari pengejaran petugas akhirnya Joon-soo menemukan Woo-rham yang sedang digendong ibu asuhnya. Saat itu Woo-rham sedang ada di ruang tunggu untuk bersiap menaiki pesawat. “Lepaskan aku !” teriak Joon-soo yang tertangkap oleh petugas bandara. Melihat Joon-soo, Woo-rham langsung menangis dan menggapai-ngapai tangannya kea rah Joon-soo (so sweet banget wakti adegan ini). “Berikan bayiku ! Ayah di sini Woo-rham! Kamu tidak boleh pergi, kembalikan bayiku. Lepaskan aku, ayah di sini ” ucap Joon-soo sambil menangis. Joon-soo tetap berusaha melepaskan diri tangkapan petugas. 

Baby And Me Part 13


Malam harinya Byeol menemui Joon-soo yang sedang berada di taman. Byeol memberikan berita mengenai keadaan Woo-rham. “Whoo-rham sudah keluar dari RS. Dia lebih merindukanmu, dia rewel sekali. Kamu tidak mau ikut ?”. ”Dia sudah menemukan ayah kandungnya, apa yang direwelkannya ?” kata Joon-soo dengan acuh. “Kamu penakut. Kamu lebih tau siapa yang merindukan Woo-rham dan siapa yang paling dirindukannya. Kamu orangnya.” kata Byeol dengan kecewa. “Apa yang kamu tau, kamu pikir aku rindu padanya ? Memangnya siapa yang membuatku menderita hah! Kenapa aku harus menrindukannya ?” Mendengar ucapan Joon-soo Byeol hanya dapat menatap kecewa padanya.
Di sekolah Byeol dan Choon-seong menemui Joon-soo yang sedang melamun di balkon sekolah. Choon-seong memulai pembicaraan “kamu tau tentang Woo-rham…”. “Diam saja” kata Joon-soo menyela dan meninggalkan Byeol dan Choon-seong. “Hei Han Joon-soo, besok anakmu akan pergi ke LN untuk diadopsi.” teriak Choon-seong kepada Joon-soo, tetapi Joon-soo tetap tidak memperdulikannya dan pergi begitu saja.
Sepulang sekolah, Joon-soo diam-diam pergi ke rumah Ki-seok untuk melihat keadaan Woo-rham (biar cuek tapi tetep sayang ny). Joon-soo melihatWoo-rham yang sedang tidur. Saat itu Ki-seok menjaga ibunya dan Who-rham. Ki-seok mengatakan pada ibunya bahwa ia hanya ingin Woo-rham mendapatkan yang terbaik. “Mereka pasti akan merawatnya dengan baik. Kamu harus melupakan ayah dan nenek, kamu harus menjalani hidup dengan baik” kata Ki-seok pada Woo-rham. Mendengar hal itu, Joon-soo hanya bisa bersedih. Ternyata saat itu Byeol sedang berada di sana dan mengetahui kesedihan yang dialami Joon-soo.

Keesokan harinya, Joon-soo sedang menyendiri di ruang olah raga. Saat itu dia menerima sms dari Byeol. Aku ada di lapangan terbang. Kalau dia pergi sekarang mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi. Apa harusnya kita berpamitan ? Jangan tinggalkan penyesalan. OK. Setelah mendapat sms dari Byeol, Joon-soo langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju bandara (dia ngebut banget).

Baby And Me Part 12

Mendengar pengakuan dari Ki Seok, Joon-soo merasa dihianati oleh sahabatnya sendiri. “kalau kamu teman dan manusia, seharusnya kamu tidak melakukannya” ucap Joon-soo sambil memukul Ki Seok. “Kenapa kamu melakukan itu ?” tanya Joon-soo.  Ki seok pun minta maaf pada Joon-soo dan menceritakan alasan kenapa dia meninggalkan Woo-rham pada Joon-soo. “Aku juga berharap dilahirkan dari keluarga yang kaya dan dapat melakukan apapun semauku. Tapi aku hanyalah orang bodoh dan miskin. Tapi bodoh amat dengan kemiskinan yang aku alami, aku harus menyerahkan teman, persahabatan, dan bahkan bayiku sendiri pada orang lain. ” “Jangan banyak bicara, besarkan saja dia dengan baik . Itu adalah permintaan terakhirku sebagai teman” ucap Joon-soo meninggalkan  Ki-Seok.

Di kamar perawatan Woo-rham, Joon-soo menemui ibunya dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu merawat Woo-rham lagi karena mereka sudah menemukan orang tua kandung Woo-rham.
Ke esokan harinya, joon-soo terbangun karena mendengar tangisan Woo-rham. Joon-soo terbangun engan malasnya. “Aku datang Woo-rham, aku datang” kata Joon-soo menghampiri Woo-rham. Ternyata ketika bangun dan myenyadari  keadaan kamarnya yang sepi dari peralatan bayi Joon-soo baru menyadari bahwa yang dia dengar adalah khayalan. Joon-soo pun keluar untuk pergi ke sekolah. “Makan pagi bagaimana Joon-soo” kata ibu Joon-soo ketika Joon-soo berpamitan padanya. Ayah dan ibu Joon-soo yang menyadari perubahan sikap Joon-soo merasa kasihan dengan Joon-soo. “Kasihan sekali anak itu, dia sudah mencoba menjadi ayah yang baik” kata ayah Joon-soo.

Di sekolah, siswa-siswa sedang mengerumuni papan pengumuman. Hari ini hasil  ujian telah keluar. Ternyata Byeol mendapatkan urutan pertama dengan nilai yang sempurna. (nilainya 100 lho) Mengetahui posisi pertama diduduki oleh Byeol, anak sombong yang ada di kelas Joon-soo dan Byeol menjadi kecewa dan sedih. Dia menangis karena selama ini dia selalu mendapat posisi pertama dalam setiap ujian. Joon-soo yang melihat nilai sempurnya Byeol merasa bangga dan senang.  “Kamu hebat ” kata Joon-soo sambil mengusap kepala Byeol. Byeol yang merasa kepalanya disentuh seseorang langsung menoleh ke belakang dan mendapati Joon-soo yang sedang berjalan menjauh.