Selasa, 31 Agustus 2010 | By: Catatan Fenti

Cerpen


CEMARA DI HATI WILL
            Aku tau Will sedang bingung dengan hubungan kami. Tepatnya hubungan kami bertiga. Hubungan yang rumit untuk dimengerti. Antara aku, Cemara, dan William sendiri. Sebenarnya aku tak tega menyuruh Will untuk memilih antara aku atau Cemara. Memilih diantara dua wanita yang saat ini mengisi ruang hatinya. Tapi aku dan Cemara juga tak ingin diduakan, walaupun kami tau nantinya salah satu dari kami harus dapat menerima keputusan Will. Kami telah sepakat untuk tidak memaksakan kehendak kami untuk menjadi kekasih Will. Biarlah William sendiri yang menentukan.
            “Mara” panggilku saat melihat Cemara sedang bingung mencari-cariku di antara kerumunan pengunjung restoran tempat kami bertemu.
            “Hai, Rin” sapanya mendekat.
            “Jadi, bagaimana ?” aku memulai pembicaraan kami.
            “Kita tunggu saja besok, Will bilang dia akan memutuskannya. Kamu sendiri bagaimana?”
            “Entahlah, yang pasti persahabatan kita tidak akan selesai sampai disini saja kan !” aku meyakinkan perjanjian yang telah kami sepakati sebelumnya.
            “Tentu saja. Kita kan sudah berjanji akan tetap bersahabat walau Will tidak memilih aku atau kamu. Setidaknya aku tidak perlu khawatir jika Will memilihmu sebagai kekasihnya, karena kau adalah wanita yang tepat untuknya.”
            “Terima kasih Mara. Tapi seperti yang kita ketahui kita belum tau siapa yang akan Will pilih. Kecuali kalau kau sudah ke dukun.” aku berusaha mencairkan suasana.
            Senyum mengembang di bibir Cemara, dia tampak cantik dengan senyuman itu. “Sebenarnya aku cukup lega saat mengetahui kau adalah wanita yang sedang dekat dengan William saat aku pergi meninggalkannya.” ucapnya sambil mengaduk-aduk minuman di depannya. Mungkin dia teringat  kejadian 1 tahun yang lalu.
            “Tapi waktu itu kamu pergi untuk berobat. Yah.. walaupun kau pergi tanpa memberi penjelasan kepada Will terlebih dahulu. Aku rasa dia juga masih memiliki perasaan padamu.” Tentu saja aku mengatakan kalimat itu dengan sedih. Mungkin terlalu naif bagiku, tapi  tak bisa aku pungkiri bahwa William masih memiliki perasaan itu. Pernah suatu ketika aku menanyakan kenapa dia menyukai aroma pohon cemara, dan kini aku tau jawabannya.
            “Setidaknya kita telah memberi Will kesempatan untuk berkencan dengan kita berdua.” ucap Cemara tenang.
            “Tentu saja. Kau tau kadang aku berfikir Will itu sudah seperti juragan minyak yang memiliki banyak kekasih. Bayangkan saja ada 2 wanita yang sedang menunggu untuk dijadikan kekasihnya. Padahal dalam kasus yang sama seharusnya kita bertengkar dan saling memusuhi untuk mendapatkan perhatian William.”
            “Benar juga ya..” dan perbincangan kamipun berlanjut dengan hal-hal lainnya.
*****
            Hari ini pun datang juga. Semalaman aku tak bisa tidur memikirkan apa yang akan dikatakan Will pada kami. Aku dan Cemara sudah menunggu di tempat yang sudah kami tentukan sebelumnya. Will datang terlambat, mungkin dia masih bingung. Aku sangat gugup, jantungku berdetak sangat kencang seperti akan lepas dari tempatnya. Kulihat Cemara tetap tenang seperti biasanya. Terkadang aku  merasa iri dengannya, Cemara selalu dapat bersikap tenang dan dapat menempatkan diri dalam kondisi apapun. William datang setengah jam kemudian, dia tampak kusut.
“Maaf sudah menunggu. Kalian tau ini adalah keputusan yang sulit bagiku.” ucapnya setelah menganbil tempat dihadapan aku dan Cemara. “Aku sudah mengambil keputusan”
Will menatap Cemara, aku semakin gugup. “Mara, kamu adalah orang yang pernah aku cintai. Mungkin aku masih bimbang dengan perasaanku, tapi kamu adalah bagian dari masa laluku.” Will berhenti sebentar, dia menghembuskan nafas berat dari mulutnya. Keputusan ini membuatnya tertekan.
“Kamu tau betapa sakitnya hatiku saat kau pergi tanpa memberikan alasan yang jelas. Hari-hariku penuh dengan kesedihan dan di saat  itulah Airin datang mengobati luka di hatiku. Jadi, maafkan aku Mara, aku lebih memilih Airin dari pada kamu.” ujar Will dengan menatap lembut kearah Cemara.
Saat ini aku  bingung dengan perasaanku, apakah aku harus senang dengan keputusan Will atau aku harus sedih karena hati sahabatku yang sedang terluka. Aku menunggu apa yang akan dikatakan Cemara, diluar dugaanku dia tetap tersenyum mendengar keputusan William. Tapi aku dapat melihat kesedihan di wajah Cemara, biar bagaimanapun dia tetaplah seorang wanita. Pasti hatinya hancur mendengar keputusan Will.
“Tidak apa Will, aku senang kau sudah memilih diantara kami. Setidaknya sekarang hubungan kita sudah jelas. Kau dengan Airin adalah sepasang kekasih, aku dengan Airin adalah sahabat, dan hubungan kita saat ini adalah mantan kekasih. Kau pasti sudah memikirkan banyak hal belakangan ini.”
Kulihat Cemara menggigit bibir sebelum melanjutkan kata-katanya. Wajahnya yang sedikit tertunduk dan tertutup poni kini memandang aku dan Will. “Aku ucapkan selamat kepada kalian. Will aku titip Airin padamu, dia adalah sahabat terbaikku. Aku tidak ingin melihatnya menangis dan mengeluh padaku. Airin seperti perjanjian kita sebelumnya, kita akan tetap menjadi sahabat. Jadi jangan pernah merasa bersalah padaku. Aku rasa masalah kita sudah selesai, jadi aku harus pergi.”
*****
            Awalnya aku kira masalah kami telah selesai. Tapi aku salah, entah kenapa semua tidak berjalan sebagaimana mestinya. Walaupun hubungan antara aku dengan Will dan Cemara tetap berjalan dengan baik. Aku dengan Will berpacaran layaknya sepasang kekasih, tapi aku merasa ada yang hilang dalam diri Will. Bahkan aku ragu dengan perasaanku sendiri saat ini. Satu bulan sudah aku menjalani hubungan yang resmi dengan Will, tapi akhir-akhir ini Cemara sering menghindar dari pandanganku dan Will. Apa di marah padaku  ?
            Akhirnya aku tau apa yang terjadi, sebuah kabar menjawab pertanyaanku atas kepergian Cemara. Saat itu hatiku pedih luar biasa, bahkan akan jauh lebih baik bila Will memilih Cemara dari pada aku. Cemara tidak marah padaku, bahkan dia tidak akan pernah marah padaku ataupun pada Will. Kalian tau kenapa? Karena tuhan lebih menyayanginya dan kini dia telah mengambil Cemara dari kami. Aku melihat kesedihan di mata Will. Kesedihan yang amat dalam. Kesedihan yang dia tumpahkan di depan nisan bertuliskan nama Cemara. Untuk kedua kalinya Cemara meninggalkannya tanpa penjelasan. Aku tau Will sangat mencintainya melebihi siapa pun.
            Hari ini langit mendung seolah turut berduka atas kepergian Cemara. Seandainya kau tau betapa pentingnya dirimu bagi Will. Apa kau tetap akan meninggalkannya Cemara ? Mungkin aku adalah wanita yang dipilih Will Cemara, tapi kau akan tetap ada di hatinya, mengisi ruang-ruang yang takkan terjangkau oleh siapapun. Tidak juga oleh diriku. Kau tau kenapa ? Karena kau telah memahat namamu di hati Will dan kau akan tetap menjadi belahan hati Will. Untuk saat ini dan untuk selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar