Minggu, 31 Oktober 2010 | By: Catatan Fenti

Baby And Me Part 6

Guru Tyson yang datang dengan niat baik untuk, mendengar tuduhan seperti itu hanya bisa berpasrah karena kelakuan muridnya. Akhirnya Joon-soo meminta ijin pulang kepada petugas setelah kedatangan guru Tyson.
 Di perjalanan pulang Joon-soo meminta maaf pada Woo-rham karena telah meninggalkannya di kereta. Dia merasa sangat berdosa karena kelakuannya yang seperti itu.

Sampai di rumah, Byeol terus berusaha membujuk Woo-rham agar mau meminum susu formula, sedangkan Joon-soo sibuk makan. Melihat hal itu, Byeol lalu menceramahi Joon-soo “Hey! Kamu tidak akan siap menjadi ayah. Kenapa kamu bisa punya selera makan. Orang tu harusnya memberi makanan mereka untuk anak mereka.”. Joon-soo mengetahui bahwa Woo-rham hanya mau minum ASI, dia lalu melihat ke arah dada Byeol. Mengetahui hal itu, Byeol langsung menutup dadanya dengan jaket (maklum, dadanya Byeol ngak berisi banget sy !)
Keesokan harinya, Joon-soo dan Woo-rham pergi ke rumah sakit untuk menanyakan daftar wanita yang baru melahirkan pada bagian informasi. Joon-soo mengarang cerita bahwa ibu Woo-rham baru meninggal dan Woo-rham hanya mau minum ASI. Saat itu petugas wanita yang ditemui Joon-soo langsung percaya dan memberikan alamat wanita-wanita yang baru melahirkan (abis Joon-soo ampe nangis-nangis gitu boongnya, Woo-rham jugaikut mengsupport ayahnya tuh). Dengan ditemani Byeol dia mengunjungi alamat wanita yang baru melahirkan untuk meminta ASI mereka. Setelah mendapatkan cukup banyak ASI, Joon-soo dan Byeol pulanga ke rumah.
 

Kamis, 21 Oktober 2010 | By: Catatan Fenti

Baby And Me Part 5

Di rumah sakit, Gi Seok sedang kesusahan  karena tidak mempunyai uang untuk membayar biaya perawatan ibunya yang sedang sakit. Joon-soo kasihan melihat temannya kesusahan. Akhirnya dia menjual motornya dan memberikan uang hasil penjualan motor itu pada Gi Seok. (wah baik anget ya Joon-soo)
 

Karena telah menjual motornya, Joon-soo pulang ke rumah dengan menggunakan kereta bawah tanah. Saat itu dia ketidur dan ketika bangun kereta sudah berhenti di tempat tujuan Joon-soo. Joon-soo kaget dan cepar-cepat turun karena kereta akan berjalan ke tempat selanjutnya. Joon-soo yang sudah keluar dari kereta baru menyadari bahwa dia sedang tidak menggendong Woo-rham. Dia berusaha mengejar kereta yang sedang berjalan, tapi tiba-tiba dia berhenti dan berfikir “mungkin ini kesempatan yang bagus, jadi tidak boleh aku lewatkan.” Kemudian Joon-soo berlari menuju rumahnya. Setibanya di rumah Joon-soo melihat barang-barang milik Woo-rham yang berserakan di kamar tamu. Dia tidak berdaya melihat semua barang-barang itu.




Akhirnya dia memutuskan pergi ke tempat informasi stasiun kereta dan melaporkan kehilangan bayi. Joon-soo berpura-pura menagis agar terlihat sedih kehilangan Woo-rham, dia menceritakan apa yang terjadi. Akhirnya perugas pun mempercayainya dan berkata “Untung saat kejadian terlihat di kamera pengintai. Hey cepat keluarkan anak itu”. Seorang petugas wanita keluar dengan menggendong Woo-rham yang menangis. Joon-soo lanngsung mengambilnya dan berpura-pura merindukan Woo-rham (Joon-soo emang pinter boong tuh, nangisnya lebay gitu deh !) Melihat hal itu, petugas informasi hanya bisa mengeluh dan menceramahi Joon-soo. “Dunia ini sudah jadi apa yah? Walau aku tidak punya anak, kena anakkecil ini sudah punya!” gerutunya (maklum lah dia masih jomblo) Beberapa saat kemudian datang guru Tyson datang dan terkejut karena mendapati Joon-soo ada di sana. Petugas itu pun langsung berpendapat bahwa guru Tyson adalah ibu daru Woo-rham. “Ibu anak itu? Apa? Kau jauh lebih tua, tapi menjadikan anak remaja ini menjadi ayah”.




Baby And Me Part 4

Karena didesak oleh gurunya (ibu guru Cho yang sering dijuluki Joon-soo dan teman-temannya Tyson) terpaksa Joon-soo pergi ke sekolah dengan membawa Woo-rham. Tentu saja dia bermaksud menyembunyikan Woo-rham di dalam lokernya. Akan tetapi sebelum dia berhasil memasukkan Woo-rham ke dalam loker miliknya, niat Joon-soo ternyata sudah ketahuan oleh salah satu guru (kasian banget waktu ngelihat Woo-rham dipaksa masuk loker sama Joon-soo). Alhasil Joon-soo masuk ruang guru dan diceramahi panjang lebar oleh gurunya.

 
 

Guru Joon-soo kaget ketika mengetahui bahwa bayi yang dibawa Joon-soo adalah bayinya. Dia memarahi Joon-soo dan berkata ”Kamu gila ya! Baiklah, anggap saja dia adalah bayimu, kenapa kau bawa ke sekolah ? Dimana orang tuamu ?”. ”Mereka lari dari rumah.” Jawab Joon-soo.
 
 

Di kelas, Woo-rham menjadi pusat pehatian teman-teman Joon-soo karena dia adalah bayi yang lucu. Tiba-tiba saja di kelas tercium bau yang tidak enak sehingga semua menutup hidungnya. Setelah dicek ternyata Woo-rham sedang buang air besar. Byeol pun mengganti popok Woo-rham saat itu juga. Tetapi ada seorang murid laki-laki yang tidak menyukai keberadaan Woo-rham di kelas tersebut (anak ini tipikal-tipikal murid jenius yang nggak peduli lingkungan gitu deh). Menurutnya tangisan Woo-rham mengganggu konsentrasi belajarnya. “Hey, pikirmu sekolah itu tempat perawatan bayi sementara ? Singkirkan cepat! ” bentaknya pada Joon-soo sambil memukul mejanya. Tidak terima Woo-rham di bentak-bentak seperti itu, Joon-soo langsung mengambil bekas popok Woo-rham dan menaruhnya di buku anak itu (fenti nggak tau nama anak itu sih). Agar tidak berkelanjutan, Joon-soo mengganti buku anak itu dengan bukunyanya, pasalnya buku anak itu kan sudah kena pup-nya Woo-rham. Mendapat balasan seperti itu, anak itu menangis (dia anak mama banget, nangisnya aja kayak cewek).


Di ruang guru, sedang diperdebatkan apakah Joon-soo masih dapat bersekolah atau harus dikeluarkan karena memiliki seorang bayi. Ibu guru Cho (Tyson) tentu saja membela Joon-soo, sedangkan pihak komite sekolah ingin mengeluarkan Joon-soo dari sekolah. Mereka berpendapat bahwa Joon-soo telah melanggar peraturan sekolah, apalagi Joon-soo adalah anak yang suka membuat onar. Tiba-tiba saja dalam rapat tersebut muncul Byeol dan mengatakan bahwa tidak ada kebijakan sekolah yang menyatakan bahwa bayi dilarang di sekolah dan tidak ada hukum yang menolah bayi. Mendengar perkataan Byeol, pihak komite tidak bisa berkata-kata lagi.